Selamat datang di www.duniakedokteran.cq.bz
xxxMenu Utamaxxx xxxEmergencyxxx xNonXEmergencyx

Jumat, 02 Januari 2009

NaCl Fisiologik Vs Albumin untuk Trauma Otak

Perubahan sederhana mengenai cara penanganan kerusakan otak akibat trauma yaitu pada pengobatan awal, ternyata menghasilkan perbedaan besar dalam resiko harapan hidup pasien. Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa penggunaan cairan garam fisiologik untuk mempertahankan jumlah volume cairan normal pada pasien dengan kerusakan otak berat, mengkasilkan kenaikan angka harapan hidup sebesar 2 kali lipat pada bulan ke-24 setelah trauma, disbanding dengan pemberian albumin.

Dr. John Myburgh dan kawan-kawan dari Goerge institute for International Health, Sydney, mengatakan bahwa angka mortalitas 2 tahun secara bermakna lebih tinggi pada pasien yang mendapat cairan albumin daripada NaCl fisiologik, terutama pada pasien koma akibat trauma otak berat. Karena itu, berdasarkan hasil studi ini, maka dianjurkan agar cairan berbasis albumin dihindarkan untuk resusitasi akut pada pasien dengan kerusakan otak akibat trauma.

CDC (US Centers for disease control and Prevention) mengatakan bahwa kerusakan otak akibat trauma seringkali disebabkan oleh trauma tajam di bagian kepala saat terjatuh, kecelakann motor, ataupun tindak kekerasan fisik. Diperkirakan ada sekitar ada 1,4 juta kerusakan otak traumatic setiap tahun di Amerika Serikat, dan kira-kira 50.000 orang meninggal setiap tahunnya. Pasien yang tetap hidup dapat mengalami cacat seumur hidup.

Kerusakan paling serius di otak terjadi saat trauma dan segera itu, yaitu saat otakm mengalami edema (pembengkakan) sebagai respon terhadap trauma. Karena otak sebagai system tertutup, maka jika terjadi edema berlanjut pada kerusakan jaringan otak. Resusitasi cairan merupakan bagian pengobatan kerusakan otak traumatic, untuk mempertahankan sirkulasi darah yang normal dalam otak. Meskipun demikian, masih dipertentangkan apakah cairan albumin atau cairan NaCl fisiologik yang paling bermanfaat bagi kerusakan otak traumatic.

Albumin sangat mahal harganya, karena harus dipurofikasi. Jika kedua jenis cairan diatas sama efektifnya maka tentu pilihan jatuh pada cairan yang lebih murah. Ternyata dari hasil studi sebelumnya yang membandingkan kedua cairan tersebut, tidak ditemukan adanya perbedaan secara bermakna pada angka kematian setelah 28 hari.

Untuk itu, kelompok peneliti ini melakukan analisis kembali data asli untuk menilai hasilnya 24 bulan setelah trauma. Pada studi aslinya, 460 pasien dengan traumatic secara random mendapatkan cairan NaCl fisiologik atau albumin sedikit > 2/3 pasien pada tiap kelompok digolongkan dalam kerusakan otak traumatic berat.

Setelah 2 tahun, berdasarkan analisa baru, didapatkan bahwa pasien dengan kerusakan otak traumatic yang mendapatkan albumin mempunyai resiko 63% lebih besar mengalami kematian dibandingkan mendapatkan cairan NaCl fisiologik. Sedangkan kelompok pasien dengan kerusakan otak berat, kelompok albumin mempunyai resiko fatalitas 88% lebih besar dibandingkan kelompok NaCl Fisiologik.

Apa yang menyebabkan cairan NaCl fisiologik lebih bermanfaat dibanding albumin tidak diketahui. Mekanisme pasti yang menyebabkan perbedaan mortalitas antara NaCl fisiologik dengan albumin tidak jelas. Ada 2 kemungkinan yang terjadi dalam hal ini, yaitu albumin menyebabkan edema otak makin parah, atau cairan NaCl fisiologik menghasilkan suatu manfaat yang tidak dipunyai oleh albumin

Sumber : New England Journal of Medicine : 2007 : 357 : 874 – 884

Di kutip dari:
Medical Update November 2007
Edit by : www.duniakedokteran.cq.bz

Tidak ada komentar: